Senin, 05 Juli 2010

Pengalaman Pak Asep Haryono bersama SB

Dudulnya mungkin banyak yang pada terhenyak. Kagak saleh ni penari Dayak?. Ya benar memang saya (dulu) mantan penari Dayak. Nah nah mungkin pada nda percaya ya. Ya tapi inilah kenyataan.

Bermula dari ajakan teman saya satu Kampus yang bernama Ateng. Dia satu mata kuliah dulu di FKIP Untan jurusan Bahasa Inggris sekitar tahun 1990 an. Dia senang begitu melihat betapa antusiasnya saya waktu itu melihat setiap ada acara Gawai Dayak atau kegiatan seni tari yang dipentaskan di rumah Adat Betang Jl.Sutoyo itu. Ateng menawarkan saya untuk bergabung saja sebagai salah satu penari di Sanggarnya. Dari sinilah bermula cerita itu berawal. Saya resmi diterima sebagai salah satu penari muda (Junior) Sanggar Bengkawan, Dayak Jangkang Sanggau pimpinan Drs.Simplisius pada tahun 1991. Jadual latihan 1 kali dalam seminggu setiap jam 4 sore hingga selesai.

Penampilan saya yang perdana sekali, dan saya merasa senang sekali turut tampil dalam kegiatan kalender Kepariwisataan Kalimantan Barat FBBK ( Festibal Bumi Budaya Khatulistiwa) pada tahun 1993 kalaw nda salah. Wih senangnya bergabung dengan para senior lainnya. Sekarang saya sudah tidak aktif lagi karena kesibukan pekerjaan dan lain sebagainya yang tidak dapat saya ceritakan secara detil di halaman ini. Kenangan (pernah) menjadi penari Dayak mewarnai perjalanan hidup saya di Kalimantan Barat. Saya sengat senang sekali. Namun seiring dengan berjalannya sang waktu, dan saya sekarang sudah tidak lagi aktif di sanggar milik Pak Simplisius itu. Namun sesekali saya melewati Rumah Adat Betang yang terletak di Jalan Soetoyo itu. Saya seringh berjumpa dengan senior saya, Bang ODO dan Bang Christian Mara (Bang Mara). Mereka pemusik, penabuh yang hebat yang saya kenal dari Sanggar Bengkawan ini. Mereka baik dan ramah. Saya senang


Bagi rekan rekan yang pernah aktif di Sanggar BENGKAWAN pimpinan bapak Drs.Simplisius, semoga tulisan ini bisa menjadi ajang kangen dan silaturahmi kita. Apa kabar kalian semua?. Saya baik baik saja.


Kesan saya yang beberapa lama berada di Komunitas Masyarakat Dayak sangat berkesan. Dari sini saya tau bahwa kelompok masyarakat Suku Dayak sangat menjunjung tinggi kekeluargaan , kebersamaan dan sangat menghargai privasi dan integritas suku lain di Kalimantan Barat. Orang Dayak tidak usil , tidak pencemburu sosial , dan sangat loyal dengan apa yang bernama persahabatan. Saya sedikit tahu karena saya pernah tinggal dan bersosialisasi dikomunitas ini.


Sampai sekarang kenangan itu akan selalu membekas di hati, Dan setiap kali saya lewat di depan rumah Adat di Jl.Sutoyo itu selalu saya sempatkan mampir sekedar say Hi ataw mengobrol dengan para pengurus sanggar yang tetap terbina dengan baik.

1 komentar:

  1. Terima Kasih atas dimuatnya artikel saya ini. Saya kangen dan rindu dengan Sanggar Bengkawan. Saya akan selalu ingat dengan Bang Simplisius, Bang Ateng, Bang Odo, dan Bang Mara. Saya tidak pernah melupakan mereka sampai kapan pun jua. Salam kami sekeluarga di Pontianak

    BalasHapus